Kamis, 25 November 2010

Korea Selatan

Korea Selatan

Republik Korea atau Korea Selatan terletak di Asia Timur. Negara ini berbatasan dengan Jepang dan Korea Utara. Ibu kota Korea Utara adalah Seoul. Luas negara ini adalah 3.287.590 km2. Korea Selatan terdiri atas satu kota khusus/istimewa (Seoul), enam kota metroplitan (Busan, Daegu, Incheon, Gwangju, Daejeon, dan Ulsan), dan sembilan propinsi (Gyeonggi, Gangwon, Chungheong Utara, Chungheong Selatan, Jeolla Utara, Jeolla Selatan, Gyeongsang Utara, Gyeongsang Selatan, dan Jeju). Korea Selatan memiliki empat musim.
Banyak objek wisata menarik di negara ini, di antaranya National Folk Museum, Kyoungbok Palace (Istana Raja), Blue House (Istana Presiden), Chunggaecheon Stream Park, Namsan Traditional Village, Food & Culture Institute, National Ginseng Center, Seoul Worldcup Stadium, Amethyst Showcase, Suwon Waseong (benteng tengah kota), dan masih banyak lagi.
hanbok
Drama Asia yang kerap diputar televisi Indonesia membuat kita mengenal busana Korea yang khas dan unik. Biasanya, busana tersebut berwarna cerah dengan garis sederhana minim pernak-pernik. Bahkan, tanpa saku. Busana tersebut di Korea Selatan lazim disebut hanbok, sedangkan di Korea Utara disebut chosŏn-ot. Istilah hanbok berasal dari kata han dan bok, yang artinya 'pakaian orang Han'. Disebut demikian karena gaya busana ini berkembang pada masa kegemilangan Dinasti Jeoseon (1392-1910 M) yang berasal dari suku Han.
Konfusianisme
Hanbok tidak bisa dilepaskan dari paham Konfusianisme yang berkembang pesat di Korea masa lalu dengan enam doktrin yang dikenal luas.
  1. Jen: kebaikan, perbuatan baik, atau kejujuran, serta ajaran timbal balik (hukum karma).
  2. Chun-tzu: mengajarkan kerendahan hati, kemurahan, ketulusan, kerajinan, dan keluwesan.
  3. Chen-ming: mengajarkan tanggung jawab terhadap perannya.
  4. Te: kekuatan dan kebijaksanaan.
  5. Li: kesopanan, penghormatan, dan etika.
  6. Wen: seni kedamaian.
Keenam ajaran Konfusius itu menjadi acuan masyarakat Korea dalam berbudaya dan inspirasi dalam kreasi, termasuk dalam berbusana. Maka, hanbok sebagai busana yang berkembang di masa itu mencerminkan ajaran Konfusianisme: kesederhanaan, kejujuran, kerendahan hati, kesopanan, dan keindahan.
Di masa Jeoseon, dikenal dua jenis hanbok yang merujuk pada golongan sosial, yakni bangsawan (yangban) dan masyarakat umum. Hanbok bangsawan biasanya berwarna-warni, terbuat dari sutera, dihiasi bordir dan sulaman. Sementara masyarakat umum mengenakan hanbok sederhana dari bahan katun dengan hiasan garis-garis sederhana. Warna yang dipakai pun terbatas, putih, pink muda, hijau muda, dan abu-abu.
Fungsi Hanbok
Di masa lalu, hanbok adalah pakaian sehari-hari. Namun, sekarang, pakaian tersebut hanya digunakan pada saat tertentu. Tradisi berbusana memang mengalami pergeseran. Busana yang lazim dipakai di Korea sekarang tidak jauh beda dengan gaya busana modern yang merujuk ke mode Barat.
Saat ini, hanbok dipakai sebagai perangkat upacara adat setempat, peringatan hari raya, menghadiri acara perkawinan, dan lain-lain.
Dalam pernikahan, biasanya, pengantin perempuan mengenakan hanbok berjenis chima dan jeogori. Chima adalah rok panjang berlipit dan jeogori adalah jaket pendek, semacam bolero. Warna yang dipilih pun khas, chima biasanya berwarna merah dan jeogori berwarna hijau. Pemilihan warna tersebut berdasarkan kepercayaan tradisional Korea yang menganggap warna menyala memiliki kekuatan mengusir roh jahat.
Perkembangan Hanbok

Hanbok di masa Dinasti Goryeo (918–1392) menunjukkan pengaruh gaya busana Mongol, yakni rok (chima) terlihat sedikit lebih pendek, lengannya lebih ramping, dan jeogori diikat ke bagian dada dengan pita lebar.
Dinasti Jeoseon menambah kreasi hanbok dengan jeogori wanita yang makin pendek dan langsing di bagian pundak, menggelembung di bagian tengah ke bawah melewati pinggang. Kalangan bangsawan memakai hanbok dari bahan berkualitas tinggi seperti sutera atau kain rami yang ditenun.
Model hanbok yang berlaku sampai sekarang mengambil inspirasi dari model hanbok masa Dinasti Goryeo dan mengalami pengembangan di masa Dinasti Jeoseon, gaya chima dan jeogori digabungkan dan ditutup dengan pita satu sisi. Maka, jadilah hanbok sebagaimana yang kita kenal sekarang: berbentuk lebar, namun tetap menampilkan keindahan leher dan lengkung bahu wanita.
Bagian Hanbok
Hanbok yang populer sekarang memiliki bagian-bagian khas, bisa kita cermati sebagai berikut.
  1. Jeogori, adalah busana bagian atas hanbok. Untuk pria, ukurannya lebih besar dan simpel, sedangkan wanita lebih pendek dan dilengkapi garis tepi sebagai hiasan.
  2. Dongjeong, adalah kerah putih di sepanjang garis leher yang terlihat kontras, namun harmonis.
  3. Chima, adalah rok luar.
  4. Otgoreum, adalah ornamen vertikal di bagian muka chima.
  5. Baerae, adalah garis melingkar membentuk kurva yang terdapat di bagian bawah lengan jeogori.
  6. Beoseon, adalah sepasang kaos kaki.
Hanbok memiliki pola kombinasi garis anggun dengan bentuk hewan, tumbuhan, atau pola alam lainnya, yang ditambahkan pada pinggiran rok atau di sekitar bahu. Ditambah dengan beberapa aksesori di kepala.
Beberapa aksesori tersebut misalnya sebagai berikut.
  1. Gache atau wig. Di zaman dulu, baik pria maupun wanita akrab dengan konde karena kebiasaan mereka memelihara rambut panjang. Gache dipakai untuk memperindah rambut tersebut. Pada abad ke-18, istana melarang penggunaan gache untuk laki-laki dan sejak saat itu gache hanya populer di kalangan wanita.
  2. Tusuk konde binyeo, berfungsi sebagai pengencang gache. Namun, dalam perkembangan budayanya, binyeo menjadi lambang sosial, dilihat dari bahan pembuatnya.
  3. Gat, adalah topi yang dianyam dari surai kuda. Gat dikenakan oleh pria, sekaligus menjadi lambang sosial sebagaimana binyeo.
Di era modern, hanbok masih menempati posisi yang kuat dan agung kendati penggunaannya semakin terbatas dalam kegiatan adat. Penghargaan dari pemerintah dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhurlah yang membuat busana ini tetap bertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar